Laman

SUMSEL Creatives Industry !? IT'S POSSIBLE !

| Jumat, 01 Juni 2012 | |

JAS MERAH ! Jangan sekali -kali melupakan DAERAH. .

Mari mengucap syukur akan potensi sumber daya Sumatera Selatan (pada tulisan ini disingkat SUMSEL) yang cukup melimpah seperti sekarang ini. Sumber daya alam (resources) seperti gas bumi, batu bara, minyak bumi, dll sedikit banyak telah mengundang minat banyak investor sehingga secara tidak langsung pendapatan daerah juga meningkat. Pertanyaannya, akankah kita secara terus menerus akan bergantung kepada sumber alam yang kian lama kian menipis persediaannya, dimana sumber alam tersebut tidak bisa diperbaharui !? Dan lagi, apakah semua orang bisa bekerja kepada perusahaan-perusahaan pengelola SDA tersebut !? Bagaimana dengan teman-teman kita yang tidak berkesempatan, karena minimnya lapangan kerja !? Let's think, and begin an alternatives things ! :)

Bila kita tidak bisa lagi bergantung kepada Sumber Daya Alam, tentu kita harus memaksimalkan potensi Sumber Daya Manusia-nya. SDM Sumsel terbilang cukup potensial. Jika ditilik dari segi pendidikannya saja, rata-rata masyarakat SUMSEL yang kini berumur 20-30 tahun hampir 85% 'setidaknya' pernah duduk dibangku SMA, mengingat dewasa ini sudah banyak kebijakan Pemprov dalam penyelenggaraan pendidikan gratis. Hampir tak ada halangan bagi siapapun di tanah SUMSEL untuk duduk di bangku sekolah, kecuali bagi manusia – manusia yang memang tidak peduli dengan taraf kehidupannya. Disisi lain, bukan berarti yang berpendidikan rendah tidak bisa maju dan sukses. Hanya saja, yang pernah bersekolah hingga SMA, setidaknya pernah bersosialisasi & berorganisasi dalam ekosistem sekolah lanjutan di tingkat atas. Pengembangan pola pikir dan pengetahuan yang dimiliki juga lebih luas. Sehingga, secara kualitas SDM yang dimiliki SUMSEL sudah berada pada standar kualifikasi SDM yang "ber-etos kerja dan berkepemimpinan". Hal ini sangat mendukung di kemudian hari demi terciptanya ide-ide 'job corner' atau lapangan kerja baru, yang semata-mata tidak hanya mendatangkan keuntungan untuk perorangan / kelompok, namun memberikan imbas positif untuk provinsi SUMSEL juga.

Sebagai sebuah sumber daya, manusia memiliki salah satu dari sekian banyak pemberdayaan yang ada dalam dirinya, yakni sebuah 'kreatifitas'. Kreatifitas sebenarnya bukan hanya milik 'orang-orang kreatif', tapi bisa dimiliki siapa saja; manusia manapun. Semua orang yang pernah terlahir, memiliki bakat dan kesempatan untuk kreatif. Hanya saja, besarnya kreatifitas bergantung dari sejauh mana seseorang mau dan bisa mengembangkan ke-kreatifannya tersebut. Jangan salah, memecahkan suatu masalah yang dihadapi juga merupakan suatu contoh bentuk paling sederhana dari kreatifitas. Pola – pola penyelesaian masalah harus dipikirkan sebaik mungkin dan sesederhana mungkin, sehingga mendesak seseorang agar berpikir dan bertindak kreatif.

Bicara industri kreatif, bila ingin cepat mengejar ketertinggalan, SUMSEL harus berkiblat kepada JOGJA, BANDUNG, BALI yang sudah sejak dulu dikenal dengan industri-industri kreatifitasnya. Industri kreatif yang bisa ditemukan di SUMSEL sebut saja Songket, Leker, seni ukir kayu, dan faktanya industri kreatif seperti ini belum diberdayakan secara maksimal. Industri kreatif memerlukan pengembangan-pengembangan terobosan inovatif nan intensif. Salah satu ciri daerah yang tergolong maju ialah seberapa besar bentuk kreatifitas dan peran muda - mudinya dalam bertindak kreatif, dan juga seberapa jauh campur tangan pemerintah daerah dalam menyediakan ruang gerak bagi industri - industri keratifnya .

Mari menengok sebentar ke Kota Gudeg, Jogjakarta. Siapa yang tidak kenal DAGADU !? Kaos khas Jogja yang 'wajib' dibeli siapapun yang melancong kesana. Di Bali ada kaos JOGER, dan di Surabaya ada CACKCUK. Kaos NYENYES Palembang sudah cukup bagus bisa menyita perhatian wisatawan yang berkunjung ke SUMSEL. Hal – hal diatas adalah contoh kecil industri kreatif yang bisa ditemukan di sebuah daerah. Berbekal ide – ide lucu nan menggelitik, sebuah kreatifitas bisa dituang dalam wadah fashion. Kaos – kaos khas daerah bisa menjadi buah tangan menarik sekembalinya turis dari tempat liburan.

Menilik bentuk kreatifitas lain, banyak yang bisa kita contoh dari industri – industri kreatif tersebut. Salah satu warga JOGJA juga berhasil meningkatkan nilai rupiah ketela pohon atau sering disebut singkong (kalau di Palembang disebut Ubi Kayu). Singkong goreng 'di-bundle' dengan bumbu-bumbu kemudian dilakukan packaging yang menarik, menjadikan snack ringan aneka rasa bernilai jual lumayan dibandingkan sebelumnya sekadar singkong goreng. Di Solo serupa tapi tak sama, yaitu Keripik Tempe aneka rasa. Mungkin kita di SUMSEL bisa menggantinya dengan Keripik Pisang, atau mungkin Kempelang rasa Pizza atau Jagung Bakar !? Di Bandung, batang bambu telah di sulap menjadi Angklung, alat musik bernilai seni. Dari Bali, saya pernah mendapat buah tangan dari teman, berupa tas yang dianyam dari akar gantung pohon beringin. Belum lagi bermacam - macam bentuk industri kerajinan rotan, gerabah, 'recycling' atau daur ulang barang – barang bekas, dan lain-lain yang bisa ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Ini Kreatif !!

Saya yakin SUMSEL punya segudang potensi kreatifitas, hanya saja belum tergali, ter-eksplorasi dan disalurkan ke arah yang baik dan bisa memberikan nilai plus dan keuntungan juga. Bisa dilihat seberapa kreatifnya masyarakat, dengan menyimak berapa banyak coretan – coretan pylox di dinding-dinding pertokoan, box telepon umum, di jembatan – jembatan, fly-over, di aspal atau dimanapun di setiap sudut kota yang punya cukup 'spasi' terciptanya tulisan – tulisan tipografi ala kebarat-baratan. Ini juga 'kreatif', namun terkadang belum pada tempatnya. Pemda harusnya peduli dan juga berpikir kreatif mencegahnya, sebisa mungkin mencoba mengurangi corat-coret di tempat-tempat umum tersebut. Sebagai contoh, Pemda sebenarnya bisa saja mendirikan tembok di sepanjang taman kota. Kemudian mengkoordinir untuk diadakannya lomba menggambar grafiti di tembok tersebut. Bila perlu, lomba yang diadakan rutin selama 6 bulan sekali agar seni grafiti yang terpampang disana terus berganti; tidak statis. Pasti masyarakat khususnya pemuda – pemudi yang tergabung dalam komunitas – komunitas hobby grafitti juga bersimpati dan berpartisipasi aktif. Taman kota pun semakin sedap dipandang mata. Tak hanya di taman kota, di beberapa sudut kota, asal tertib dan menjadi indah dengan seni grafiti, mengapa tidak !? Inilah yang disebut kreatifitas yang sudah tersalurkan secara baik.

Hal – hal seperti itulah yang bisa membangkitkan minat dan kreatifitas pemuda-pemudi SUMSEL. Tidak hanya sekadar hobi, tapi bisa memberikan profit tersendiri apapun itu bentuk kreatifitasnya; industri kreatifnya. Mari, yang hobi masak, silakan eksplorasi dan ciptakan bentuk-bentuk olahan kreatif baru dari yang sudah ada. Acungan jempol buat kawan – kawan yang bisa atau bahkan telah  mengembangkan terobosan baru makanan-makanan khas SUMSEL seperti pempek, tekwan, burgo dll agar semakin variatif dan inovatif dalam penyajiannya ataupun citarasanya. Yang hobi menggambar, tidak ada salahnya gambar-gambar bernilai milik Anda diafdruk, lalu di sablon pada sebuah kaos sehingga menjadi kaos sablon bernilai jual. Yang hobi menari & hobi teater, mari berkumpul ke sanggar-sanggar yang menjurus kesana. Tidak ada yang tahu bilamana nantinya Pemda berniat menjadikan pertunjukkan dan pagelaran kesenian khas SUMSEL menjadi rutinitas di daerah masing – masing. Hal tersebut pastinya bisa menarik minat wisatawan untuk menyaksikan dan mempelajari kesenian dan budaya Sumatera Selatan jua. Yang hobi utak-atik, coba lihat barang bekas di sekeliling Anda yang bisa diolah / didaur menjadi apapun itu; sampul buku, kertas karton daur ulang, dsb. Yang hobi meneliti dan riset, coba Anda riset 'bagaimana caranya belalang padi yang tadinya hama bisa dijadikan kempelang atau empek – empek' ? Atau terobosan 'Kain Songket daur ulang !?'. Mungkin hal-hal tersebut bisa menjadi sebuah inovasi baru yang sangat baik.

Bagi yang hobi membuat animasi film, silakan berkarya lewat film animasi yang plot ceritanya tak 'lari jauh' dari kehidupan masyarakat SUMSEL. Menurut catatan saya, sampai saat ini SUMATERA belum sedikit pun bergerak di bidang animasi komersil, baik itu animasi 2 Dimensi maupun 3 Dimensi. Semua masih di dominasi teman-teman dari Pulau Jawa. Padahal, di Sumatera khususnya SUMSEL, cukup banyak yang berbakat dan berminat dalam hal demikian. Sayang, lagi - lagi wadah di bidang inilah yang belum mendukung secara maksimal. Berdasarkan fakta, Korea Selatan mendapatkan hampir sebagian besar pemasukan APBN-nya dari produksi animasi dan game. Bayangkan, berapa banyak profit yang bisa dihasilkan dari sebuah animasi komersil, baik itu episode-episode film animasi maupun animasi untuk advertise (periklanan). Apalagi, dengan jargon baru sebagai "Provinsi Digital", harusnya makin menasbihkan kemajuan SUMSEL dalam prospek seperti ini, cepat atau lambat. 

Bagaimana, Anda sudah siap bermain dengan ide - ide industri kreatif baru !? Apapun bentuk kreatifitasnya, jika sudah menjadi sebuah industri kreatif baru, maka kita bisa membantu mengurangi tingkat pengangguran yang ada. Industri kreatif yang kita usung tentu akan menyerap banyak tenaga kerja terampil nan mandiri. Secara tidak langsung, SDM di SUMSEL telah ber-'swasembada' pekerjaan. Industri kreatif baru juga bisa semakin mengedepankan SUMSEL, sehingga pariwisata kita pastinya bisa menjadi lebih baik. So, ketika kita yakin, maka kita bisa. It's not impossible ! SUMSEL Creatives Industry !? IT'S POSSIBLE ! :)


====================================oOo========================================
Terima Kasih kepada :

Pemprov Sumatera Selatan
Dishubkominfo Sumatera Selatan
Relawan TIK Sumatera Selatan 


atas penyelenggaraan Lomba Blog - Cinta Sumsel Provinsi Digital. 

0 komentar:

Posting Komentar